"Burung pipitku hilang!"seru Edi dari dalam rumah. Aku langsung berlari ke arah Edi. Namaku adalah Deni, supirnya Edi.
"Ada apa toh mas?" Tanyaku dengan heran. Dia mulai menangis dengan keras. Aku pun semakin bingung dibuatnya.
"Si pipit hilang." Katanya sambil menangis. "Ya udah ya, nanti bapak mencari si pipit." Hiburku. Edi mulai berhenti menangis. O iya, pipit itu adalah nama burung pipit kesayangan Edi. Dia telah dipelihara oleh Edi dari 1 tahun yang lalu.
Nah, tugas baru nih, buatku. Gaji tak ditambah, pekerjaan terus bertambah. Yah, aku juga sudah berjanji sih. Aku mempunyai waktu untuk mencari burung itu sebelum Edi pulang sekolah. Sekarang Edi sudah di sekolah. Saatnya aku mencari si pipit.Tetapi, sekarang mulai dari mana? Aku berpikir sejenak. O iya! Aku ingat tempat biasanya burung pipit itu suka bertengger di mana. Aku berlari ke pohon mangga yang sedang berbuah. Air liur mulai menetes, tetapi tujuanku ke sini bukan untuk mencari mangga, tetapi untuk mencari si pipit. Aku melihat seekor burung kecil sedang bertengger di sarang. Aku melihatnya dengan teliti. Ternyata itu benar-benar si pipit. Tetapi ada seekor burung lagi dan beberapa telur di sana. Jangan-jangan, dia kawin. Tidak terasa si Edi sudah sampai rumah. Aku memberitahukan hal itu ke Edi. Edi pun senang dan selalu melihat burung itu dan telur-telurnya setiap hari.
"Ada apa toh mas?" Tanyaku dengan heran. Dia mulai menangis dengan keras. Aku pun semakin bingung dibuatnya.
"Si pipit hilang." Katanya sambil menangis. "Ya udah ya, nanti bapak mencari si pipit." Hiburku. Edi mulai berhenti menangis. O iya, pipit itu adalah nama burung pipit kesayangan Edi. Dia telah dipelihara oleh Edi dari 1 tahun yang lalu.
Nah, tugas baru nih, buatku. Gaji tak ditambah, pekerjaan terus bertambah. Yah, aku juga sudah berjanji sih. Aku mempunyai waktu untuk mencari burung itu sebelum Edi pulang sekolah. Sekarang Edi sudah di sekolah. Saatnya aku mencari si pipit.Tetapi, sekarang mulai dari mana? Aku berpikir sejenak. O iya! Aku ingat tempat biasanya burung pipit itu suka bertengger di mana. Aku berlari ke pohon mangga yang sedang berbuah. Air liur mulai menetes, tetapi tujuanku ke sini bukan untuk mencari mangga, tetapi untuk mencari si pipit. Aku melihat seekor burung kecil sedang bertengger di sarang. Aku melihatnya dengan teliti. Ternyata itu benar-benar si pipit. Tetapi ada seekor burung lagi dan beberapa telur di sana. Jangan-jangan, dia kawin. Tidak terasa si Edi sudah sampai rumah. Aku memberitahukan hal itu ke Edi. Edi pun senang dan selalu melihat burung itu dan telur-telurnya setiap hari.
0 comments:
Post a Comment