"hm..... dari gereja,pa" jawab mama setengah ragu.
Kami berdua tahu bahwa kalau papa marah, itu sudah susah urusannya.
Apalagi mama, yang sudah berpacaran dengan papa 10 tahun, pasti lebih
tahu lagi sifatnya seperti apa. Papa melirik kami berdua lagi dengan
tatapan "maut' itu.
"Ma, cepetan masuk kamar. Papa ingin bicara dengan mama." katanya serius
dan pergi ke kamar papa dan mama. Muka mama langsung pucat seketika,
aku yang melihat juga menjadi pucat.
"Ya udahlah, ma. Mama masuk aja ke kamar, jangan takut, daripada takut
trus tidur di luar gimana?" kataku membujuk mama untuk memberanikan
diri. Mama mengangguk dengan pelan, lalu masuk ke dalam kamar. Aku tak
tahu apa yang dibicarakan papa dan mama. Tetapi, aku berharap kepada
Tuhan supaya bukan tentang pertengkaran. Lalu, aku masuk kamar dan
berganti baju lalu tidur. (O iya, lupa mandi!!! Bau deh.)
(18 Desember 2013, hari ketiga latihan natal)
Untung kemaren gak latihan natal, karena kemaren ada ulangan
harian yang sangat susah (yaitu, Fisika!). Tetapi, latihan hari ini juga
sangat berat. Kenapa kubilang berat? Bukan disuruh ngangkat kopernya
Patrick (yang isinya batu), tapi maksudnya banyak banget latihannya,
kalian tahu kan, kalo aku tuh Pro jadi ya begitu. Karena mama hanya
melatih 1 kelompok nari anak kecil, mama pulang duluan karena capek
banget katanya. Jadi, hari ini aku pulang sendiri naik sepeda. Untungnya
tidak seperti lirik lagu Butiran Debu, tersesat tak tahu arah jalan
pulang karena tertipu orang yang memberi alamat palsu. Tetapi, sampai di
rumah, aku melihat papa dan mama seperti sedang berdebat sesuatu. Papa
kelihatan lebih serius daripada mama. Saat aku melihat itu, aku langsung
punya pemikiran seperti mereka bedua sedang bertengkar. Aku langsung
panik dan sangat khawatir. Lalu, aku langsung masuk kamar. Tetapi, aku
tidak lupa mandi lagi, hehehehe. (Tetapi aku lupa gosok gigi X_X)
(19 Desember 2013, hari keempat latihan natal)
Saat aku menggosok gigiku dan melihat mukaku di cermin sesudah
sampai di rumah sehabis latihan natal, aku melihat garis kehitam-hitaman
di bawah kelopak mataku sekarang! Sulit dipercaya, emang sampai
seginilah dampak latihan untuk perayaan natal?! OMG!!! Bagaimana dengan
apa yang akan diucapkan oleh pacarku nanti kalo melihat ada
dampak-dampak penuaan di bawah kelopak mata. (mohon untuk jangan ditiru
bagian "pacaran"nya, sekian dan trima kasih). Tetapi, jangan sampai
papa melihat DDP (Dampak-Dampak Penuaan) ini. Bisa terjadi perang dunia
ke 41 nih! Semoga papa tidak akan melihat DDP ini sampai selesai pentas.
Amin.
(21 Desember 2013, hari kelima latihan natal)
Hari perayaan natal sudah semakin dekat, berarti itu artinya aku
sudah di dalam ambang "demam punggung", eh, maksudku "demam panggung".
Memang, beberapa tarian sudah selesai, dan hanya diulang-ulang saja.
Tetapi, masih ada suatu masalah yang sangat besar.Yaitu, mimik mukaku
saat di drama. Aku tidak terlalu bisa mengontrol mimik muka. Apalagi
kalau sudah dibikin ketawa, tidak bisa berhenti selama 1 menit dan
emosiku akan tidak akan bisa dikontrol lagi sampai tenang kembali. Dan,
peranku di drama ini adalah, orang yang dibully! Ini lebih susah dari
pada ulangan umum Mandarin ku yang terkahir, karna masalahnya aku tak
pernah dibully seperti apapun (karna aku boss bullier nya). Oh, semoga
ini akan cepat berakhir.
(22 Desember 2013, hari keenam latihan natal)
Tinggal 3 hari lagi sampai aku tampil, tetapi dari tingkah laku mama
dan papa, mereka masih berdebat dan kadang-kadang saling marah-marahan.
Aku selalu menutup pintu jika sudah ingin marah-marahan begitu. Hatiku
mulai resah setiap hari, jantung berdebar-debar, mata melirik terus
menerus. Aku tak tahu ini akan berkahir sampai kapan. "Tuhan, please jangan buat papa dan mama bertengkar lagi." itu adalah doaku setiap malam mulai dari tanggal 20 Desember 2013.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment